Hidangan Indo

Rijsttafel, populer di Indonesia, Belanda dan Belgia.
Artikel ini merupakan bagian dari seri
Hidangan Indonesia
Hidangan nasional
  • Gado-gado
  • Nasi goreng
  • Rendang
  • Sate
  • Soto
  • Tumpeng
Masakan daerah dan budaya
Jenis makanan
Makanan
Minuman
Persiapan dan memasak
Utama
Lainnya
Masakan terkait
Lihat pula
 Portal Indonesia
 Portal Makanan
  • l
  • b
  • s

Hidangan Indo adalah sebuah hidangan campuran dan tradisi masakan, terutama yang ada di Indonesia dan Belanda, serta Belgia, Afrika Selatan dan Suriname. Masakan ini bercirikan hidangan campuran yang terdiri dari masakan asli Indonesia dengan pengaruh Eurasia—terutama Belanda, juga Portugis, Spanyol dan Inggris—dan sebaliknya. Saat ini, tidak hanya masyarakat Indo yang mengkonsumsi masakan Indo, tetapi juga masyarakat Indonesia dan Belanda.

Sejarah dan asal

Keluarga kolonial Belanda melalui pembantu rumah tangga dan juru masak mereka mengenal masakan Indonesia, sebagai hasilnya mereka mengembangkan rasa rempah-rempah dan masakan tropis asli. Hidangan kolonial Hindia Belanda yang terkenal adalah rijsttafel, meja nasi yang terdiri dari 7 hingga 40 hidangan populer dari seluruh koloni. Lebih merupakan perjamuan mewah daripada hidangan, kolonial Belanda memperkenalkan meja nasi tidak hanya agar mereka dapat menikmati beragam hidangan dalam satu suasana, tetapi juga untuk mengesankan pengunjung dengan kelimpahan eksotik koloni mereka.[1]

Melalui kolonialisme, Belanda memperkenalkan hidangan Eropa seperti roti, keju, steak panggang, dan panekuk. Sebagai penghasil tanaman komersial; kopi dan teh juga populer di Hindia Timur kolonial. Roti, mentega dan margarin, sandwich isi ham, keju atau selai buah, poffertjes, pannekoek dan keju Belanda biasa dikonsumsi oleh kolonial Belanda dan Indo pada masa kolonial. Beberapa ningrat (bangsawan) pribumi kelas atas dan beberapa pribumi terpelajar terpapar masakan Eropa, dan dijunjung tinggi sebagai masakan elit kelas atas masyarakat Hindia Belanda. Hal ini menyebabkan adopsi dan perpaduan masakan Eropa ke dalam masakan Indonesia. Beberapa hidangan yang diciptakan pada masa kolonial dipengaruhi Belanda: mereka termasuk selat solo (salad Solo), bistik jawa (steak daging Jawa), semur (dari smoor Belanda), sayur kacang merah (brenebon) dan sop buntut (sup buntut). Kue dan kue kering juga dapat dilacak asalnya dari pengaruh Belanda; seperti kue bolu (tart), kue pandan, lapis legit (spekkoek), spiku (lapis Surabaya), klappertaart (coconut tart), dan kaasstengels (kue keju). Kue cubit yang biasa ditemukan di depan sekolah dan pasar diyakini berasal dari poffertjes.[2]

Masakan

Referensi

  1. ^ "The rise and fall of Indonesia's rice table". web.archive.org. 2011-10-07. Archived from the original on 2011-10-07. Diakses tanggal 2022-04-11. Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
  2. ^ "Dutch Food Influences - History of Dutch Food - Culinary Influences on the Dutch Kitchen". web.archive.org. 2011-10-05. Archived from the original on 2011-10-05. Diakses tanggal 2022-04-11. Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
  • l
  • b
  • s
Hidangan umum
Makanan
Minuman
Jajanan
Hidangan sampingan
Minuman beralkohol
Aceh
Batak
Gayo
Lampung
Melayu
Mentawai
  • Anggau siboik-boik
  • Batra
  • Jurut
  • Kapurut
  • Sihobuk
  • Sikoira
  • Subbet
  • Toek
Minangkabau
Nias
Palembang
Rejang
  • Lema
Badui
  • Angeun kotok
  • Apem putih
  • Jojorong
  • Gipang
  • Kue balok Menes
  • Kue pasung merah
  • Lalap Badui
  • Nasi Badui
  • Otak-otak Labuan
  • Pasung putih
Betawi
Cirebon-Indramayu
Jawa
Madura
Sunda
Banjar
Dayak
Melayu Kalimantan
Alor
  • Jagung
  • Jawada
  • Kenari kalabahi
  • Kue rambut
  • Sayur jantung pisang
Bali
Bima
Flores
Sasak
Sumba
  • Bokosawu nyale
  • Catemak jagung
  • Ka'pu pantunnu
  • Kadapet watara
  • Kaparak
  • Manggulu
  • Manu pata'u ni
  • Sup ayam Waingapu
Sumbawa
Timor
Bugis, Makassar, dan Luwu
Buton, Muna, dan Wakatobi
Gorontalo
Mandar
Minahasa
Mongondow
  • Alingkoge
  • Ayam sinorang
  • Binarundak
  • Dinangoi
  • Ilengkang
  • Ilosingan
  • Inambal
  • Kacang goyang
  • Kolombeng
  • Sinandoi
  • Yandog
Poso
Tolaki
Toraja
Eropa-Indonesia