Inkontinensia

Inkontinensia adalah ketidakmampuan menahan air kencing yang dapat membuat permasalahan sosial, medik maupun ekonomi yang berkaitan dengan kebersihan/kesehatan seseorang.[1][2]

Kejadian ini disebabkan karena ada kegagalan sistem kandung kemih dan uretra (vesikouretra) pada saat masukkanya urin secara berangsur-angsur dari ureter (fase pengisian). Suatu struktur berotot yang mengatur pembukaan dan penutupan saluran kemih (sfingter uretra interna) akan diatur oleh korteks serebri, yaitu reseptor adrenergik saraf simpatis. Ia akan terangsang ketika terjadinya peregangan yang cukup dari buli-buli, kemudian otot detrusor pada buli-buli berkontraksi dan sfingter uretra akan berelaksasi kemudian terjadilah miksi.[3]

Klasifikasi

inkontinensia desakan (Urgency)

Kondisi di mana seseorang tidak dapat menahan kencing setelah timbul sensasi kencing. Penyebabnya adalah overaktivitas detrusor dan menurunnya komplians buli-buli.[3][4]

inkontinensia stres

Keadaan di mana keluarnya urin dari uretra saat terjadi peningkatan tekanan intraabdomen. Inkontinensia ini disebabkan karana sfingter uretra yang tidak mempu mempertahankankan tekanan intrauretra pada saat tekanan intravesika meningkat.[3][4]

Inkontinensia Paradoksal

Keluarnya urin tanpa dapat dikontrol pada keadaan volume urin di buli-buli melebihi kapasitasnya. Hal ini terjadi karena buli-buli tidak mampu lagi mengosongkan isinya karena kelemahan otot detrusor sehingga tampak urin selalu menetes.[3][4]

Inkontinensia Kontinua

Urin selalu keluar setiap saat dalam berbagai posisi. Keadaan ini paling sering disebabkan oleh fistula sistem urinaria.[3][4]

Evaluasi Pasien

Anamnesis

Pertanyakan seberapa jauh inkontinensia mempengaruhi kehidupan, seberapa jumlahnya dan bagaimana kronologisnya. Perlu dipertanyakan pula penggunaan pampers dan frekuensi penggantian pampers.Selain itu harus diketahui aktivitas miksi, volume harian, adanya diare, konstipasi, inkontinensia alvi, riwayat diabetes melitus, Infeksi saluran kemih, kelainan neurologi, bahkan riwayat saat melahirkan.[3]

Pemeriksaan

Pemeriksaan yang perlu dilakukan antara lain: pemeriksaan abdomen, daerah urogenitalia, dan neurologis. Pada Laboratorium diperlukan urinalisis, kultur urin untuk menyingkirkan infeksi.

Rujukan

  1. ^ (Inggris) jewett, m.a.s (2000). urology. mccqe. ISBN 978-0-471-66376-8. 
  2. ^ Inkontinensia urin Diarsipkan 2011-08-12 di Wayback Machine., Perpustakaan digital Universitas Sriwiaya. Diakses pada 12 Agustus 2012.
  3. ^ a b c d e f (Indonesia) Purnomo,Basuki (2007). Dasar-dasar urologi. Sagung seto. ISBN 979-9472-00-8. 
  4. ^ a b c d (Inggris) tanagho, emil A (2008). Smith's General Urology. Mc Graw Hill Medical. ISBN 0-07-159331-4. 

Pranala luar

  • (Inggris)Inkontinensia di Curlie (dari DMOZ)
  • l
  • b
  • s
Penyakit pada saluran kemih
Ureter
  • Ureteritis
  • Ureterokel
  • Megaureter
  • Striktur ureter
Kandung kemih
  • Sistitis
    • Sistitis interstisial
    • Ulkus Hunner
    • Trigonitis
    • Sistitis hemoragik
  • Disfungsi buli neurogenik
  • Dissinergi sfingter kandung kemih
  • Fistula vesikointestinal
  • Refluks vesikoureter
Uretra
  • Uretritis
    • Uretritis non-gonokokus
  • Sindrom uretra
  • Striktur uretra
  • Stenosis meatal
  • Karunkula uretra
Lainnya
  • Sindrom nyeri panggul urologik kronik
  • Uropati obstruktif
  • Infeksi saluran kemih
  • Fibrosis retroperitoneum
  • Urolitiasis
  • Malakoplakia
  • Inkontinensia urin