Pemberontakan Burkina Faso 2014

Pemberontakan Burkina Faso 2014
Tanggal	28 Oktober 2014[1] – berlangsung
Lokasi	Ouagadougou, Bobo Dioulasso dan Ouahigouya, Burkina Faso
Sebab	Perubahan hukum elektoral konstitusional (penghapusan masa jabatan presiden)
Tujuan	Reformasi politik, khususnya tidak memperpanjang masa jabatan presiden
Metode	Unjuk rasa Kerusuhan Pemberontakan Pembangkangan sipil Demonstrasi
Hasil	Penangguhan amendemen RUU di parlemen Pembubaran parlemen Presiden Blaise Compaoré mengundurkan diri dan pindah ke Pantai Gading Yacouba Isaac Zida menjadi pelaksana tugas presiden
Pihak terlibat
Partai oposisi Gerakan Rakyat untuk Kemajuan[butuh rujukan] Union for Progress and Change Union for Rebirth/Sankarist Movement Pemerintahan Burkina Faso
Tokoh utama
Zéphirin Diabré Benewende Sankara Simon Compaoré Roch Marc Christian Kaboré[butuh rujukan] Salif Diallo[butuh rujukan] Jenderal Kouamé Lougué (Sejak 30 Oktober) Presiden Blaise Compaoré Perdana Menteri Luc-Adolphe Tiao[diragukan – diskusikan] Juru Bicara Majelis Nasional Soungalo Ouattara[diragukan – diskusikan]
Jumlah korban
5 tewas (antara 3 hingga 30 Oktober)[1]

Pemberontakan Burkina Faso 2014 adalah serangkaian demonstrasi dan kerusuhan di Burkina Faso pada bulan Oktober 2014, yang dengan cepat menyebar ke sejumlah kota. Pemberontakan ini terjadi dalam menanggapi upaya perubahan konstitusi yang memperbolehkan President Blaise Compaoré untuk berkuasa lagi dan memperpanjang masa jabatannya yang sudah berlangsung selama 27 tahun. Setelah pecahnya kerusuhan pada tanggal 30 Oktober 2014, yang ditandai dengan keterlibatan mantan Menteri Pertahanan Kouamé Lougué, aksi pembakaran gedung parlemen dan bangunan pemerintah lainnya, serta pendudukan markas besar partai Kongres Demokrasi dan Perubahan, Compaoré membubarkan pemerintahan dan menyatakan keadaan darurat sebelum melarikan diri ke Pantai Gading dengan dukungan dari Presiden Alassane Ouattara.

Jenderal Honoré Nabéré Traoré mengumumkan bahwa pemerintahan transisi akan memerintah negara sampai diadakannya pemilu berikutnya. Setelah terjadinya unjuk rasa besar-besaran, Compaoré yang awalnya menolak mundur akhirnya mengundurkan diri pada tanggal 31 Oktober setelah memerintah selama 27 tahun, dan Traoré mengambil alih posisinya sebagai kepala negara sementara. Tetapi, Letnan Kolonel Yacouba Isaac Zida juga mengklaim dirinya sebagai kepala negara, menyatakan bahwa Traoré tidak didukung oleh rakyat. Pernyataan yang dikeluarkan oleh kepala militer menyatakan bahwa Zida mendapat dukungan dari rakyat. Koalisi dari partai-partai politik anonim menolak kepemimpinan militer. Unjuk rasa kembali terjadi pada pagi hari tanggal 2 November 2014.^[2]

Referensi