Penyakit serum

Penyakit serum adalah keadaan subakut dari reaksi anafilaksis.[1] Terjadi sebagai reaksi terhadap penyuntikan, misalnya penyuntikan serum antitetanus atau serum antidifteri.[1] Serum tersebut berasal dari kuda sehingga mengandung protein asing bagi tubuh manusia.[1] Gejala klinis dapat timbul beberapa menit, jam, atau 7-14 hari setelah penyuntikan serum tersebut.[1] Gejala yang timbul dapat berupa gatal (biasanya timbul di pinggang) dan edema angioneurotik (biasanya mengenai muka, bibir, lidah dan daerah rongga mulut).[1] Di samping itu dapat menyebabkan demam, radang sendi, dan bila mengenai susunan saraf pusat akan menimbulkan nyeri di kepala, gelisah, kejang-kejang, kesadaran menurun, sampai koma.[1] Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antihistamin dan dapat ditambah dengan pemberian kortikosteroid.[1]

Penyebab

Protein di dalam tubuh salah mengenali antigen (protein dalam anti-serum) sebagai zat yang berbahaya.[2][3] Hal ini menyebabkan sistem imun memproduksi antibodi.[2] Lalu, antibodi tersebut mengikat antigen dan membangun lapisan sel di jantung, pembuluh darah, pembuluh getah bening dan rongga tubuh lainnya sehingga menyebabkan inflamasi.[2] Saat ini penyebab utama dari penyakit serum adalah antibiotik penisilin.[2] Penyebab lainnya adalah antibiotik yang mengandung sefalosporin, fluoksetin, obat tidur, aspirin, antiserum ular, dan sengatan lebah.[2]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g Ichtiar Baru Van Hoeve; Hassan Shadily. Ensiklopedia Indonesia, Jilid 7 (edisi khusus). Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve. 
  2. ^ a b c d e "Serum sickness". Diakses tanggal 20 Juni 2014. 
  3. ^ "Serum sickness". Diakses tanggal 20 Juni 2014.