Pokok Bunga Jepun
| Pokok Bunga Jepun | |
|---|---|
 Daun-daun gamal, Dramaga, Bogor. | |
| Pengelasan saintifik | |
| |
Pokok Bunga Jepun serumpun kacang asal daerah Amerika Tengah dan Brazil nama sainsnya Gliricidia sepium[1] salah satu jenis leguminosa multiguna yang terpenting setelah petai belalang (Leucaena leucocephala).[2] Nama-nama lainnya adalah:[2][3][1][4]
- kerside, gliriside (kolokial), sliridia, liriksidia, sirida (Jw.);
- cebreng (Su.)
Tanaman ini dibawa penjajah Eropah ke benua Asia dan ditanam di India dan Srilangka sebagai tanaman pelindung teh sejak tahun 1870-an.[5] Pokok ini diperkenalkan ke Nusantara oleh pekebun Indonesia R. Soetarjo Martoatmodjo tahun 1958 yang memberi nama gamal sempena Gamal Abdel Nasser kiasan kemampuan spesis ini yang dilihat boleh mengurangkan kesan penandusan tanah terbiar di negara sendiri seperti mana seekor unta (dalam Arab: جَمَل, rumi: jamalcode: ar is deprecated ) mampu mengharungi Gurun Sahara, Menteri Pertanian Frank Seda turut menyokong usaha Soetarjo yang menggelarkannya ganyang mati alang-alang.[6]
Pengenalan
Perdu atau pohon kecil, biasanya bercabang banyak, tinggi 2–15m dan gemang (besar batang) 15–30 cm. Kulit perang keabu-abuan hingga keputih-putihan, kadang kala beralur dalam pada batang yang tua. Menggugurkan daun di musim kemarau.[3]
Daun majemuk menyirip ganjil, panjang 15–30 cm; ketika muda dengan rambut-rambut halus seperti beledu. Anak daun 7–17 (-25) pasang yang terletak berhadapan atau hampir berhadapan, bentuk jorong atau lanset, 3–6 cm × 1.5–3 cm, dengan hujung runcing dan pangkal membulat.[7] Helaian anak daun gundul, tipis, hijau di atas dan keputih-putihan di sisi bawahnya.
Karangan bunga berupa malai berisi 25-50 kuntum, 5–12 cm panjangnya. Bunga berkelopak 5, hijau terang, dengan mahkota bunga putih ungu dan 10 helai benangsari yang berwarna putih.[7] Umumnya bunga muncul di akhir musim kemarau, tatkala pohon tak berdaun. Buah polong berbiji 3-8 butir, pipih memanjang, 10–15 cm × 1.5–2 cm, hijau kuning dan akhirnya coklat kehitaman, memecah ketika masak dan kering, melontarkan biji-bijinya hingga sejauh 25 m dari pohon induknya.[7]
Gamal mempunyai bunga, sehingga sebagian orang menanamnya sebagai tumbuhan yang eksotik. Bunga gamal sering Tampak di seluruh pohon, meskipun dalam kondisi daun yang sangat sedikit.
Pemanfaatan
Gamal terutama ditanam sebagai pagar hidup, peneduh tanaman (kakao, kopi, teh), atau sebagai rambatan untuk vanili dan lada. Perakaran gamal merupakan penambat nitrogen yang baik. Tanaman ini berfungsi pula sebagai pengendali erosi dan gulma terutama alang-alang.[3] Namanya dalam bahasa Indonesia, gamal, merupakan akronim dari: ganyang mati alang-alang. Bunga-bunga gamal merupakan pakan lebah yang baik, dan dapat pula dimakan setelah dimasak.
Daun-daun gamal mengandung banyak protein dan mudah dicernakan, sehingga cocok untuk pakan ternak, khususnya ruminansia.[8] Daun-daun dan rantingnya yang hijau juga dimanfaatkan sebagai mulsa atau pupuk hijau untuk memperbaiki kesuburan tanah.[9]
Gamal merupakan sumber kayu api yang baik; terbakar perlahan dan menghasilkan sedikit asap, kayu gamal memiliki nilai kalori sekitar 4900 kcal/kg. Kayu terasnya awet dan tahan rayap, dengan BJ antara 0,5- 0,8, kayu ini baik untuk membuat perabot rumah tangga, mebel, konstruksi bangunan, dan lain-lain.[10]
Daun-daun, biji dan kulit batang gamal mengandung zat yang bersifat racun bagi manusia dan ternak, kecuali ruminansia. Dalam jumlah kecil, ekstrak bahan-bahan itu digunakan sebagai obat bagi berbagai penyakit kulit, reumatik, sakit kepala, batuk, dan luka-luka tertentu. Ramuan bahan-bahan itu digunakan pula sebagai pestisida dan rodentisida alami (gliricidia berasal dari bahasa Latin yang berarti kurang lebih racun tikus).[4][11] Di Wonogiri, irisan batang gamal direbus dalam air dan diteteskan ke mata untuk mengobati penyakit belekan.[1]
Ekologi dan pelestarian
Habitat asli gamal adalah hutan gugur daun tropika, di lembah dan lereng-lereng bukit, sering di daerah bekas tebangan dan belukar. Pada elevasi 0–1600 m dpl.[12] Tumbuh pada berbagai habitat dan jenis tanah, mulai pasir sampai endapan aluvial di tepi danau, pada curah hujan 600–3500 mm/tahun.[4]
Gamal bisa diperbanyak dengan vegetatif dan generatif.[4] Biji-biji itu, khususnya yang segar (baru), dapat ditanam tanpa perlakuan pendahuluan, langsung di lahan atau di persemaian.[3]
Cara lain ialah dengan menanam stek batangnya, panjang mahupun pendek. Stek panjang sepanjang 1–2,5 m dan dengan diameter 6–10 cm, diruncingkan kedua hujungnya dan digores-gores potongan sebelah bawahnya untuk merangsang tumbuhnya akar. Stek panjang ditanam sedalam lk 50 cm agar kuat.[3][9][13]
Stek pendek 30–50 cm panjangnya dan diperlakukan serupa dengan stek panjang. Stek pendek ditanam lebih kurang sepertiganya dalam tanah.[3]
Persebaran
Tumbuhan ini asli Meksiko, Amerika Tengah, Hindia Barat, Kolombia. Diperkenalkan dan dibiasakan pelbagai daerah, termasuk Indonesia.[3]
Galeri
Rujukan
- ^ a b c Hidayat, Syamsul (2005). Ramuan Tradisional ala 12 Etnis Indonesia. hal.98 & 320. Jakarta:Penebar Swadaya. ISBN 979-489-944-5.
- ^ a b Rani Batish, Daizy (2007). Ecological Basis of Agroforestry. CRC Press. m/s. 44. ISBN 1420043277. Dicapai pada 2008-09-26.
- ^ a b c d e f g NFTA. 1994. Gliricidia sepium: the quintessential agroforestry species Diarkibkan 2008-11-20 di Wayback Machine. NFTA 94-04. Waimanalo.
- ^ a b c d Prosea - Prohati. "Gliricidia sepium[pautan mati kekal] Diakses pada 26 Juni 2013.
- ^ R. Soetarjo Martoatmodjo, Ismail Hamid, Soemartono (1973). Gamal Pohon Serba Guna. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka
- ^ "Propaganda Gamal". TEMPO. No. 36/05. Nov 1975. m/s. 34.
- ^ a b c Gliricidia sepium (gliricidia) Diarkibkan 2013-06-12 di Wayback Machine, Species Profiles for Pacific Island Agroforestry.
- ^ Gliricidia sepium (Jacq.) Diarkibkan 2015-11-26 di Wayback Machine, FAO Grassland Species Profile.
- ^ a b Gliricidia for improving soil fertility[pautan mati kekal], Science Tech Entrepreneur October 2007
- ^ Jøker, D. 2002. Gliricidia sepium (Jacq.) Steud. Seed Leaflet no 51: Jan 2002.[pautan mati kekal] DANIDA Forest Seed Center.
- ^ Kakawate Diarkibkan 2023-03-27 di Wayback Machine, Philippine Medicinal Plants.
- ^ Jensen, M. 1999. Trees Commonly Cultivated in Southeast Asia: an illustrated field guide. 2nd Ed.[pautan mati kekal] FAO - RAP Publication: 1999/13
- ^ Elevitch, Craig R. (2004). The Overstory Book: Cultivating Connections with Trees. Permanent Agriculture Resources. m/s. 152. ISBN 0970254431. Dicapai pada 2008-09-26.
Pautan luar
- Profil di Sistem Maklumat Kebiokepelbagaian Malayaisa
- Profil di FloraFaunaWeb
- Cerita tanaman gamal Diarkibkan 2023-06-20 di Wayback Machine
